Rating: | ★★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Cult |
warning!
spoilers ahead.
loads of pictures.
a very long entry written
in the state of broken hearted.
by the end of a saga.
and the death of the first crush
in Harry Potter movies.
and the story behind...
begin...Harry Potter.And The Deathly Hallows.Part 2.ketika tiket
Deathly Halows Part 2 sudah di tangan, banyak sekali perasaan yang datang. mulai dari bahagia, lega, sampai ... nggak rela. yep, nggak rela kalau saga yang hebat ini habis. dan setelah ini nggak ada lagi film bagus yang ditunggu. ketika selesai nonton
Return Of The King beberapa tahun lalu, kita masih mempunyai harapan pada
Harry Potter. tapi sekarang
Harry Potter-nya habis.
masih ada
The Hobbit sih. walaupun cuma
dua film.
well, nanti aja ngebahasnya, ini kan gw mau bikin
review filmnya.
gw gak ngomongin detail ceritanya ya,
i assumed most of you had watched the first movie and/or read the book.begitu film dilmulai, gw udah bisa merasakan kesedihan. bukan karena
Voldemort mencuri Elder Wand milik
Dumbledore yang sudah terbujur kaku, tetapi karena begitu film dimulai, gw punya waktu sekitar dua jam untuk menikmati apa yang tersisa dari Wizarding World. setelah dua jam itu lewat, habis.
dan begitu film dimulai, begitu pun dengan
rollercoaster emosi. diiringi
scoring ciamik karya
Alexandre Desplat, kita akan merasakan ketegangan yang dirasakan
Harry,
Ron dan
Hermione ketika menyelinap ke Gringotts, kengerian ketika para Death Eaters yang dipimpin Voldemort siap menyerang Hogwarts, kesedihan
Snape ketika Harry terang2an menentangnya, dan kenangan Snape akan
Lily Evans, sampai kedamaian setelah Voldemort tiada.
luar biasa sekali Om Prancis ini. saya salut padanya.
setelah
John Williams dan
scoring Prisoner of Azkaban-nya, karya Alexandre Desplat untuk film ini lah yang saya suka.
menit demi menit berlalu, sampai akhirnya masuk ke adegan "19 Years Later".
sebelum gw menonton film ini, gw mengira akan keluar bioskop dengan perasaan puas dan bahagia. ternyata gw salah. bukan karena gw enggak puas dengan film ini, gw
SANGAT puas. walaupun gw udah lupa sama apa yang gw baca di buku ketujuh, tapi gw enggak menyangka begitu melihat visualnya akan terasa pilu.
memandangi siluet Snape ketika film dimulai, sedang melihat ke barisan siswa2 Hogwarts yang tersisa, sudah bisa membuat gw sedih.
belum lagi adegan kembalinya Harry ke Hogwarts untuk mencari mahkota
Rowena Ravenclaw. diiringi scoring khas Harry Potter. oh my God, asli gw sedih banget dengernya. walaupun adegannya teman2 Harry itu sedang bersorak karena teman mereka kembali ke sekolah tercinta, tetapi buat gw, itu adegan yang sangat memilukan. karena itu adalah terakhir kalinya Harry menginjakkan kaki di Hogwarts, sekolah yang merupakan rumah yang sebenar2nya untuk dia. sebuah tempat dimana dia pertama kali merasa diterima. dan
scoring khas John Williams yang diberi nama
Hedwig's Theme itu justru membuat adegan itu semakin memilukan.
adegan berikutnya yang cukup membuat gw miris adalah ketika para guru di Hogwarts mulai
casting spell untuk membuat perlindungan bagi sekolah mereka tercinta. gila. sekolah sihir kebanggaan mereka, yang sangat sakti mandraguna harus diberi perlindungan ekstra demi keselamatannya. dan tak hanya mantra pelindung yang digunakan, tetapi juga
gargoyle2 yang selama ini mematung di sekujur sisi
castle, harus dihidupkan oleh
Professor McGonaggal, dan anggota2 yang tersisa dari Order of the Phoenix pun menyebar di sekeliling istana untuk melindungi sekolah sihir itu.
klimaks kesedihan film ini adalah .... Snape.
yap, semua adegan yang berkaitan dengan Severus Snape membuat gw sedih. bukan karena dia adalah
first crush gw di film
Harry Potter [
yeah, gw mungkin jatuh cinta abis2an sama
Sirius Black ketika membaca bukunya, tetapi di film, Severus Snape muncul duluan. gw bahkan sempat membenci
Gary Oldman karena dia yang jadi Sirius, bukan
Christian Bale!], tetapi karena gw udah tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu Snape. sangat pedih.
gw mulai sedih ketika Harry memaki Snape, karena ia berani menggantikan posisi Dumbledore. bocah puber itu tidak tahu apa yang terjadi antara Snape dan Dumbledore. dia tidak tahu apa yang dirasakan Snape ketika, sekali lagi, melihat mata yang sama persis seperti mata wanita yang pernah dicintainya berkilat marah kepadanya. bocah itu juga tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan Snape ketika setiap hari ia melihat si Kepala Codet berkeliaran di Hogwarts.
sampai ketika guru seksi yang selalu berbusana hitam itu menghembuskan nafas terakhir. dan semua memori yang ada di kepalanya keluar melalui air matanya, dan si Kepala Petir kemudian mengetahui apa yang sebenar-nya terjadi, melalui Pensieve.
gw sekuat tenaga menahan diri tidak meraung2 di dalam bioskop ketika melihat Snape muda memohon2 kepada Dumbledore untuk melindungi Lily, wanita cinta matinya, dan keluarganya dari incaran Voldemort. dan betapa sedihnya Snape ketika rencana yang sudah disusun Dumbledore gagal total. Lily dan
James Potter tetap terbunuh.
gw salut banget sama akting
Alan Rickman di sini.
sangat megangumkan kalau teringat cerita bahwa Alan Rickman adalah satu2nya orang yang mengetahui latar belakang hubungan Snape dan Harry dari
JK Rowling sendiri, sebelum ia menerima peran sebagai Severus Snape.
dan setelah dulu gw terkagum2 akan kemampuannya mengucapkan sederet kalimat dengan suara satu nada, sekarang gw salut sama performanya sebagai Severus Snape. luar biasa. tak ada lagi guru judes yang selalu bikin su'ujon. yang ada seorang lelaki yang berusaha sebisa mungkin mempertahankan apa yang tersisa dari seorang wanita yang sangat dicintainya. walaupun wanita itu sudah lama mati.
sinting kau, Rowling!
SINTING!!!oh ya, dan bukan, Harry bukan anak hasil hubungan Severus dan Lily. walaupun kelihatannya demikian, mengingat James Potter yang nggak ada ganteng2nya acan.
satu orang lagi yang membuat gw angkat topi akan kepiawaian aktingnya,
Ralph Fiennes.
Lord Voldemort himself.
sejak kemunculan perdana versi
upgraded Voldemort [dari sepotong wajah di belakang kepala
Professor Quirell] di
Goblet of Fire, gw sudah mengagumi Om ini. aktingnya luar biasa. walaupun dia hanya muncul sebentar, tapi performancenya yang sangat teatrikal megang banget. aura mengerikannya luar biasa dahsyat.
dan jangan lupakan wanita rempong yang selalu setia di sisi Voldemort,
Bellatrix Lestrange. akting
Helena Bonham Carter di film ini spektakuler sekali. mulai dari wanita sakit jiwa, Bellatrix, hingga Hermione yang meminum Polyjioce Potion sehingga menjadi Bellatrix. luar biasa.
perang sihir antara Hogwarts dan Death Eaters pun sangat
epic. walaupun mungkin belum se-
epic Helm's Deep. sangat menyedihkan melihat korban2 yang berjatuhan dari pihak Hogwarts.
Lavender Brown? gadis yang tergila2 pada Ron setahun sebelum perang in terjadi, suami istri
Lupin dan
Tonks, yang seperti kata
Suppi, sejak perang dimulai hingga tewas dalam peperangan, mereka berdua tak bisa saling berpegangan tangan. dan, tentu saja,
Fred Weasley, salah satu dari si kembar yang lucu. sedih sekali melihat keluarga Weasley bertangis2an akan kematian salah satu anggota keluarga mereka.
what is wrong with you, Rowling?!
gontok2an antara Harry dan Voldemort juga edan banget.
the real war between them started when The Dark Lord
said, 'Harry Potter,
the boy who lived, comes to die.' Avada Kedavra Voldemort yang berbalik mengenainya, Harry yang berpura2 mati dan ditanya
Narcissa mengenai keadaan anaknya, lalu
Neville yang gagah berani menantang Voldemort dengan pedang Gryffindor. luar biasa.
keluarga
Malfoy di film ini seolah membuktikan kata2 Rowling, bahwa tak ada karakter yang benar2 baik atau jahat di film Harry Potter ini, kecuali Voldemort sendiri.
Lucius [yang, astaghfirullah, jadi ganteng banget dengan
stubble!] berusaha mencegah penyerangan terhadap Hogwarts, lalu
Draco yang sebenarnya hanya menuruti kata orangtuanya, dan Narcissa yang berbohong akan kematian Harry, demi keselamatan anaknya. dan mereka pulalah yang pertama kali berbalik ketika mengetahui kalau Harry masih hidup. sangat menggemaskan melihat Narcissa dan Draco berjalan bergandengan tangan.
ada dua adegan yang mirip di film ini. yaitu adegan perawatan setelah perang. kalau yang pertama diperlihatkan adalah adegan yang mengharukan, dengan banyak korban meninggal dan isak tangis, adegan perawatan yang kedua adalah setelah matinya Voldemort. suasana terasa lebih ceria. bahkan gw ikut tersenyum mendengar percakapan2 di Great Hall yang sudah hancur.
Wizarding World sudah aman dan damai.
untuk adegan 19 Years Later, gw nggak terlalu bermasalah. mungkin bukan penutup yang sempurna, tetapi sangat menyenangkan melihat keluarga2 sihir itu regenerasi.
memang agak aneh melihat
Daniel Radcliffe,
Rupert Grint dan
Emma Watson jadi Bapak2 dan Emak2,
but, hey, that's life. Daniel saja sudah berubah sekali semenjak pemunculan perdananya di
Philosopher's Stone bukan?
dan tampaknya pemeran
Ginny,
Bonnie Wright tidak perlu dimake up banyak2 untuk terlihat tua, karena memang mukanya sudah tua.
well, that's my two cents about the movie.it's a lot, i know.it's just because.it's Harry Potter.i can't help it.
mischief managed.
ps. Snape's character poster came from moviefanatic.com,
image of Harry potter casts in premiere came from rickey.org,
image of Voldemort and Death Eaters came from mrmovietimes.com,
image of Harry in Hogwarts came from aceshowbiz.com,
image of Order of the Phoenix came from fanpop.com,
image of Snape came from theglobemail.com,
image of Snape and Lily came from peaceful-two-eyes.tumblr.com,
image of Alan Rickman came from nd.edu,
image of Ralph Fiennes came from cannotbedefined.tumblr.com,
image of Voldemort and Death Eaters [again] came from weheartit.com,
image of Neville Longbottom came from hitfix.com,
image of the Malfoys and Bellatrix came from fanpop.com,
image of Voldemort, Bellatrix, Dumbledore and Harry came from images.wikia.com,
image of the casts came from upi.com,
image of the twins came from celebuzz.com.