Long entry with heavy imagery!
Find yourself a good connection before opening this entry!
Hello, my name is eLmo, and I’m a Hannibal addict.
Yes, you read that right. I’m currently addicted to a certain TV series called Hannibal.
The Hannibal.
Doctor Hannibal Lecter, MD.
Gue pertama kali ‘kenalan’ sama Pak Dokter yang satu ini sekitar lima tahun yang lalu, ketika masih kuliah. Yeah, agak telat gue tau. Dulu pun gue pertama kali pengen nonton karena tau ada Gary Oldman di salah satu serinya Hannibal Lecter. Dan dengan dodolnya, gue dulu nontonnya ngacak, dimulai dari Hannibal, lalu The Silence Of The Lambs, sampai kemudian Red Dragon. Oh, kecintaan gue sama Hannibal juga membuat gue nonton Manhunter, yang rada cupu gitu deh, mending Red Dragon kemana-mana.
Walaupun gue telat sepuluh tahun lebih, tetapi gue bisa mengerti kenapa sampai banyak orang yang memuja-muji Sir Anthony Hopkins atas perannya sebagai psikiatris sakit jiwa ini. Akting beliau memang luar biasa! Aku jatuh cinta pada karakter dokter ini …
Dan sampai saat ini gue masih menolak untuk menonton Hannibal Rising, karena gue merasa film itu udah menjual kekerasan dan gore. Hiii …
Kalau ada dari kalian yang sampai saat ini tidak atau belum menonton serial Hannibal ini, mendingan nonton deh. Daripada mantengin
It’s deadly smart, and very ... VERY beautiful.
Yep, formula yang kayanya dialergiin sama orang Amerika, hence rating-nya nggak tinggi-tinggi amat, dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk sang stasiun TV sampai akhirnya
Sedikit informasi untuk kalian yang sedang berpikir untuk menonton serial ini, timeline-nya seputar Red Dragon, ketika Hannibal dan Will Graham pertama kali bertemu dan sort-of bekerja sama
Salah satu alasan yang membuat gue tergila-gila sama serial ini adalah script-nya. Semacam udah gila itu Bryan Fuller!
Ketika tulisan ini diturunkan, episodenya udah ada sebelas biji, dan jantung juga hati ini pun dibuat seolah ada sebelas biji oleh Om Bryan! Dibikin naik-turun kaya di rollercoaster, tapi duduknya terbalik, madep belakang! Sinting banget! Kasus-kasusnya, storyline, semua sinting, deh, pokoknya!
Penonton disuruh jadi gila dan cenut-cenut in a beautiful and delicious way.
Kalau ada yang nonton Pushing Daisies dulu, mungkin masih ingat bagaimana Om Bryan membuat serial itu memiliki visual dan cinematography yang indah sekali.
Kalau kalian nggak nonton, jangan sedih, gue juga baru beberapa bulan yang lalu, koq, nonton serial itu. Dan jatuh cinta sama
Hannibal juga seperti itu. Visualnya indah semi-surreal, dengan colour palette yang lebih gelap dari Pushing Daisies, tentu saja. Bahkan adegan-adegan gore-nya tuh nggak terlalu mengerikan. At least buat gue, yang nggak berani nonton adegan potong kaki di Saw, dan nggak bisa tidur semalaman karena dihantui suara ‘krek-krek-krek’ potong kaki itu. Film keparat!
It’s hard to talk about Hannibal Lecter without mentioning his beautiful cuisine … of human meat.
Dan tentu saja di serial indah ini kita juga akan melihat makanan-makanan dari daging manusia itu tersaji ... dengan indahnya.
Yes, it will make your mouth watery and your stomach growls.
Serial ini memiliki food decorator-nya sendiri.
To see the sketches itself is very lovely!
The cuisine by our beloved cannibal Doctor will make you forget that everything is people, and people are meat.
Nggak cuma makanannya yang indah, Pak Dokter di serial ini yang memasak pun terlihat indah.
A handsome, educated, suave gentlemen who cooks. Oh yeah ...
Have I scared you yet?
What if I showed you this photo?
Still frightened of me?
Yep, lelaki yang biasanya memiliki mata picek di sebelah kiri ini sekarang menjadi psikiater kanibal yang menjadi sumber meletusnya banyak ovarium di timeline Twitter gue. Dan, ovarium berantakan aside, gue harus mengakui kalau Mads Mikkelsen memerankan sang psikiater dengan sangat baik.
The body gestures, the way he speaks, the deadly calmness, even the boyish and cute side of Hannibal, he can deliver it well, without making the Doctor looked goofy.
Hugh Dancy juga sangat memilukan sebagai Will Graham yang neurotik. Muka tertekannya itu, lho. Kadang gue sampe ikut-ikutan sakit kepala kalau lihat dia lagi stres.
Him and Mads gave a fantastic performance. It’s like a lethal masculine dance between two men, that will end in death for whoever stopped dancing first.
And, damn, Mads Mikkelsen is one fine man!
Mads dan Sir Hopkins menjadi satu orang Hannibal dengan dua cara yang berbeda, dan dua-duanya sama mengerikan. Si Hopkins menjadi Hannibal yang udah jelas ketahuan sinting, tetapi Mads jadi Hannibal yang masih ‘menyamar’ menjadi manusia biasa, yang at the same time terlihat inosen dan enak sekali dipeluk.
Gue suka sekali beberapa gesture sederhana Pak Dokter, yang malah membuat dia terlihat unyu, seperti misalnya ketika Hannibal dan Will ngedatengin Abigail (siapa Abigail? Udah nonton aja) di rumah sakit, dan Pak Dokter ini terlihat sedang menata tanaman di kamar Abigail.
Ngok.
Oh, sweet gods of Scandinavia!
Look at that body! He can take me to his kitchen anytime he wants.
Dan, of course, seperti beberapa tahun lalu ketika gue (dan Suppi) kesambet sama pendeta tengil di Stigmata, Gabriel Byrne, kali ini gue kesambet sama Pak Dokter kanibal lugu, Mads Mikkelsen. Dan dengan dodolnya, gue baru ngeh kalau beliau asal Denmark ini ternyata udah bermain di beberapa film Hollywood yang sebenernya udah gue tonton, seperti Casino Royale (kalo ini sih ngeh banget, secara di film ini beliau memakai inhaler dengan seksinya), Clash Of The Titans, The Three Musketeers (beliau agak kealingan Luke Evans, Orlando Bloom, Christoph Waltz, Milla Jovovich dan Matthew MacFadyen kali ya di film ini?), dan King Arthur (walaupun dulu gue nontonnya di DVD bajakan dengan seperempat perhatian saja).
Seolah koleksi om-om paruh baya menggairahkan gue masih belum cukup, si Om Mads ini harus menjadi seorang om-om yang memiliki sense of humour yang bagus, bold and no-nonsense honest during interviews, hobi memasak makanan Asia (Thai and Chinese), looked highly sexy while smoking (dan gue tidak merokok, maupun senang ada orang merokok di dekat gue), tinggi-besar-kekar, berpantat bagus (bok, film-film doi sebelum masuk Hollywood selalu ada adegan telenjinya!), mahir berbagai bahasa, dan … he’s a dancer.
*ngepel*
*ganti popok*
Anyway, Mads aside, Hannibal is a great show to watch. And it’s really GREAT that it got a second season!
Oh, dan sang creator, Bryan Fuller itu menggemaskan sekali! Dia hobi membalas mentions dari penggemar Hannibal! Gue dan teman gue, Yayoi (bukan nama sebenarnya) lagi hobi banget bertanya-tanya seputar upcoming possibilities of Hannibal, bahkan kadang cuma sekedar mention aja, sambil kasih campaign hashtag. Hihihi.
Selain Om Bryan, ada juga beberapa akun fanmade yang kerjaannya kasih fan service. Balas-balasin mention Fannibals dengan karakter yang lagi mereka mainin, asli lucuk banget XD
Untuk rekan-rekan penggemar The X-Files, mari kita bernostalgia dengan menyaksikan Tante Gillian Anderson yang suwangat cuwantek keterlaluan! Beliau jadi apa di sini?
Jadi psikiaternya Hannibal.
Ini koq ya psikiater sama pasien hot dan sexual tension-nya kenceng gini sih? Mencemaskan.
So, are you ready to welcome the Hannibal fandom in your life?
If you are, you must be warned that nothing there is vegetarian.
Notes.
- Hannibal series poster came from http://www.scifinow.co.uk
- Hannibal Hopkins came from http://moviesmedia.ign.com
- Jack Crawford and Hannibal came from http://www.csmonitor.com
- Will and Hannibal in Abigail's room came from monstersandcritics.com
- Kitchen production came from http://ftp.joblo.com
- Pushing Daisies came from http://robot6.comicbookresources.com
- Hannibal and dining table came from Facebook :|
- Hannibal cooking came from Tumblr.
- Hugh Dancy as Will Graham came from http://www.filmoa.com
- Hugh Dancy and Mads Mikkelsen came from http://www.cinemablend.com
- Mads Mikkelsen photos came from various Mads-related Tumblr
- Gillian Anderson came from http://www.lapalomitamecanica.com
2 comments:
Dari semua review-mu yang membuat diriku mengangguk-angguk setuju sambil terus-menerus pasang transfusi, hanya yang satu ini yang diriku sungguh tidak mengerti. Tidak mengerti kenapa orang suka serial ini. Seperempat episode pertama, dan it's a turn-off for me. Padahal diriku suka Hannibal series (the movies and the books). Mungkin tidak suka pada karakter Will di seri ini. Entahlah.
episode satu emang pas di ujung baru mengejutkannya. aku juga awal2 agak canggung mau nerusin, pas udah ketemu episode 2 malah nggak berhenti hehehe.
Will-nya beda ya. di sini kayanya stres mulu, sedangkan yang Edward Norton masih ceria :|
Post a Comment