Hello, bloglings!
[apalah itu artinya]
How’s your 2014 so far?
[Iya, gue tau ini udah masuk bulan kedua 2014. Boleh dong basa basi dikit.]
Mine’s been awesome.
As
usual, quoting Frankie Paige, “I love being me.”
Duh, jadi kangen nonton Stigmata lagi, berikut
pendeta gantengnya. Nah, speaking about pendeta ganteng, blog gue kali ini
tidak ada hubungannya dengan dunia keagamaan. Karena gue mau bikin review film yang tidak ada hubungannya
sama dunia keagamaan, Malavita.
Sebenernya filmnya udah gue tonton, like, beberapa minggu lalu.
I think. Atau dua minggu lalu gitu. Yang jelas masih di Januari deh, gue juga ngga terlalu inget. Ingatan gue
nggak lebih baik dari dua ekor kucing kampung yang lagi bersitegang, kemudian
disiram air. Tapi, gue inget kalau udah ngincer film
ini sejak lihat posternya di
Singapore September tahun lalu (dan sampai saat ini belum gue bikin blog entry jalan-jalan gue itu,
maupun pamer fotonya di Facebook. Apa kata dunia?). Secara shallow, gue
terpikat sama pemeran-pemerannya, Robert DeNiro, Michelle Pfeiffer, dan Tommy
Lee Jones.
Oh yeah.
Rombongan senior kece.
Waktu mulai main mata sama posternya, secara malu dan jujur gue mengakui kalau
nggak tau apa-apa soal filmnya.
Cuma dapet petunjuk dari Heorhe, kalau trailer-nya lucu, dan keluarga itu bodor
banget.
Yeah,
jangan bilang-bilang Heorhe ya, tapi agak-agak kurang membantu gitu
informasinya untuk latar belakang film ini. Dan setelah dapet info itu gue tetep aja
nggak berusaha mencari
trailer-nya, maupun informasi
lain soal film ini. Saat
itu bener-bener yang ada di otak cuma niatan suci untuk menunaikan ibadah
Cornetto Trilogy, nonton The World’s End. Film
ini pun terlupakan dari database otak, sampai beberapa waktu lalu. Ketika geng gue yang
beranggotakan teman-teman SMA main ke rumah, dan sodaranya si Didiet, teman
SMA-turned-pacarnya adik gue, membawa sebutir external HD yang berisi kumpulan
film dan series. Setelah browsing isinya sebentar, terpilihlah si Malavita
ini, atau yang juga populer dengan judul The Family, dan diangkat dari novel karya Tonino Benacquista.
You know you’re watching an insanely entertaining
movie, when it only takes around five minutes for you to laugh silly over a man
taking a dead body out of his car’s boot.
Robert DeNiro di sini berperan sebagai seorang
ex-mafia, Giovanni Manzoni.
Gio dan keluarganya berada dalam Witness Protection Program (iya, mulai
dari sini aja gue udah merasa absurd XD ), di bawah ‘asuhan’ seorang agen CIA,
Robert Stansfield (Tommy Lee Jones), dan dua agen lain yang terlihat seperti saudara jauh Happy-nya Tony
Stark.
Keluarga
bahagia ini direlokasi ke sebuah kota kecil di Prancis, yang wajar-wajar saja, bahkan cenderung
membosankan (untuk ukuran
mantan mafia). Baru hari pertama mereka berada di kota itu, sang
istri, Maggie (Michelle Pfeiffer) sudah harus menghadapi orang-orang kota yang
menstereotip orang Amerika, dan kedua anak Gio, Belle (Dianna Agron) dan Warren
(John D’Leo) harus menghadapi murid-murid sekolah baru mereka yang ajaib. Dan
nggak mutu :|
Asli deh, pas nonton bagian Belle dan Warren ketemu sama teman-teman
sekolahnya yang baru, gue takjub banget lihat bocah-bocah ABG Prancis
itu. Duh! Nggak ada bagus-bagusnya acan! (iya ini jahat) Mungkin mereka-mereka yang terlihat tampan
di catwalk maupun pinggir jalan itu, orang-orang Eropa dengan hybrid khusus ya?
Bukan yang pure-blood macam
bocah-bocah desa ini?
*eLmo
diiket di puncak menara Eiffel*
Anyway
… *sambil memanjat turun menara Eiffel* gue suka karakter dua anak ini, Belle dan
Warren (duh, namanya nggak santai banget). Mereka anak-anak manis, untuk ukuran
mafia, dan memiliki bakatnya masing-masing. Yah, gue nggak akan spoiler bakat
mereka di sini, you just have to see it yourself. Karena, menurut gue mereka berdua
adalah elements of surprise film Malavita ini.
Selain dua bocah gendeng yang mengejutkan itu, ada juga sang ticking bomb, yaitu musuh Gio, Don
Luchese (Stan Carp), yang sedang mencari-cari keluarga ini dengan buasnya,
bahkan dari dalam penjara. Dan seperti pada umumnya bos mafia, walaupun udah di penjara, ada aja gitu ya orang-orang yang masih menghamba padanya, mulai dari nengokin di penjara sampe bawain koran.
Bos mafia rivalnya dipenjara, Gio pun sibuk ... nulis novel. Novel sejarah. Topiknya berat sekali.
Asik kali ya menyepi ke pinggiran kota, trus nulis novel [yang tidak harus novel sejarah] sendirian, kaya Uncle Jamie di Love Actually, trus naksir-naksiran sama gadis desa dari Portugis.
Eh?
Lho?
Ya sudahlah ya, sampe situ aja gue cerita soal
film ini, karena saya sudah mulai ngelantur, dan akan lebih afdol kalau film ini ditonton sendiri, bukan dari cerita orang lain. Kalo kalian pernah
nonton
Léon: The Professional, The Fifth Element, atau ... Arthur and the Invisibles, mungkin? Ya ngerti deh ya
kebodoran film-film Luc Besson itu gimana. Kalau belum ... nonton aja, it’s
highly entertaining, and i’m not even being biased.
Gue sendiri baru tau kalo film ini sutradaranya
Luc Besson itu waktu end credits-nya muncul, Directed By Luc Besson, dan
langsung paham aja gitu kenapa filmnya sesinting ini. Padahal pas Tommy Lee
Jones muncul dengan nama Agent Stansfield, gue udah ngikik-ngikik sendiri
teringat Stansfield yang satunya di Léon: The Professional.
Ternyata ada udang di balik nama.
Speaking
about names ... you’ll be surprised to know where the name Malavita came from.
Notes:
- Malavita poster came from http://teaser-trailer.com
- Gio and Maggie came from http://orleepasion.com
- Gio and Stansfield came from http://www.toledoblade.com
- The Famous Cock came from http://cinemateaser.com
- Gio and pooch came from http://www.gannett-cdn.com
- Blake family came from http://www.fanpop.com
- Belle and Warren came from http://www.cinesportstalk.com
- Leon's fanart poster came from http://ifwemadeit.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment