Showing posts with label testosterone. Show all posts
Showing posts with label testosterone. Show all posts
03 January 2014 0 comments

[Review.Series] Sherlock - The Empty Hearse.2014


SELAMAT TAHUN BARU 2014!!

Saya sehubung pemilik blog yang sudah lama terlantarkan ini mendoakan sukses dan bahagia selalu untuk para pirsawan dan pirsawati sekalian.

Bagaimana perayaan Tahun Baru kalian? Semoga menyenangkan ya. Mari kita awali 2014 dengan kesenangan.
Salam super.

Nah, keriaan Tahun Baru tidak selalu diisi dengan pesta sampe mabok dan berbagai perayaan hedonisme. Ada beberapa orang [baca: TV series geek, or something like that] menemukan keriaan lain dalam hingar bingar Tahun Baru ini, berupa lanjutan sebuah serial dari Britania Raya, yang berhasil membuat jemaat fandom-nya stres bukan main dua tahun lalu, ketika series finale-nya diputar.

Yup, Sherlock. Detektif gendeng yang membuat nama Benedict Cumberbatch laris manis seperti timun suri di bulan Ramadan.




Anyway, blog entry kali ini tidak ada kemungkinan mengandung babi, sehingga masih halal, tetapi besar kemungkinan mengandung SPOILER, jadi kalau pirsawan dan pirsawati belum menonton Sherlock, episode The Empty Hearse, bisa menunda dulu membaca blog saya ini, dan membuka YouTube untuk menonton mini-episode prekuelnya, Many Happy Returns. 

Long story short, the newest episode of Sherlock took place two years after the heartbreak of hobbit Jude Law John Watson (Martin Freeman), who saw with his very own eyes how the man he loved admired jumps to his death, and how he turned straight afterwards the miracle he had expected didn’t come. And he found shelter in the arms of a beautiful woman.
 

Because he didn’t need one.

  
#SherlockLives


Dan layaknya seorang mantan pacar terindah yang kurang ajar, Sherlock muncul ke hadapan John ketika sang dokter mau melamar pacarnya, dan tentu saja ujung-ujungnya menjadikan Sherlock halal untuk dikonsumsi melibatkan John ke sebuah kasus. 

Right, I’ll start my rambling now.

Untuk sebuah pembukaan yang telah dinantikan selama dua tahun, menurut gue episode ini sangat, sangat spektakuler. Nggak kaya sebuah edisi khusus ulang tahun ke-50 sebuah serial Inggris klasik gitu deh. It’s a roller coaster of fun and thrill. It’s probably the most fun this series ever had since its premiere in 2010. Gue merasa kalau keceriaan episode ini ada di tangan penulisnya, Mark Gatiss. Well, at least that’s the only name on the opening credit. Nggak ada kekusutan storyline ala Steven Moffret Moffat Kamfret Moffat.

Oke, selain pemunculan Sherlock, semua karakter di serial ini terlihat lebih terbuka dan warmed up to each other. Sedikit demi sedikit latar belakang terbuka. My personal favourite would be the Holmes brothers.


Yep, di episode ini hubungan abang-adek maha cerdas ini terlihat lebih manusiawi daripada sebelumnya. Bahkan, orang tua mereka juga menampakkan diri, diperankan oleh orangtua Benedict Cumberbatch yang sebenar-benarnya.

And, damn, Mr. Gatiss deliver the reunion scene very fookin' well! Selama lima menit Sherlock dan John bertemu lagi, rasanya kaya diblender. Ketawa geli pas lihat John nggak ngeh kalau orang yang di sampingnya itu Sherlock, dan ketika Sherlock akhirnya menampakkan diri ke John (dan mengganggu lamarannya), sampai ... John meng-headbutt Sherlock.
Nggak ngerti mau ketawa atau nangis liatnya ...

Kalau di film Sherlock Holmes buatan Guy Ritchie terlihat Mary tidak begitu suka sama Sherlock, di series ini justru Mary (Amanda Abbington, Martin Freeman's real life adorable and cute partner) dan Sherlock terlihat ikrib layaknya seorang gay dan fag hag-nya.
Apakah ini karena masih permulaan, atau nantinya Mary juga akan semakin keki pada Sherlock?  
We’ll see, karena berdasarkan pengamatan dua kali nonton episode ini, sifat Sherlock sudah sedikit berubah, lebih ceria dan playful, walaupun masih tidak mengerti konsep hubungan antar manusia.

Mycroft Holmes (Mark Gatiss) dan Greg Lestrade (Rupert Graves) yang di dua series awal sangat kaku dan selalu tegang, di The Empty Hearse juga lebih laid back dan santai, cenderung onyon, tapi membuat mereka terlihat lebih manusiawi dan bukan hanya sekedar pelengkap yang muncul every now and then, sekedar mengucapkan kalimat-kalimat pendek yang menghibur.
 
Episode pertama series 3 ini terasa seperti ucapan terima kasih dan permintaan maaf sekaligus dari tim Sherlock. Ucapan terima kasih karena fandom-nya mau bersabar menanti kelanjutannya, dan permintaan maaf karena membutuhkan waktu yang sangat, i repeat, SANGAT lama untuk mereka sampai menyajikannya.

Selama tiga jam (saya nonton dua kali, ingat itu) menikmati tontonan ini, terdapat beberapa fan service yang disajikan, mulai dari hubungan Sherlock dan John yang semakin mesra, Sherlock dan Molly (Louise Brealey) yang nggak mungkin, lupakan sajalah iya-enggak-iya-enggak, bahkan Sherlock dan Jim yang ... menggemaskan.


 Oh yeah.

Yes, Andrew Scott made an appearance here, and he looked dashing as ever as Sherlock's nemesis.

Satu lagi yang membuat gue sedikit histeris bahagia ketika menonton episode ini adalah preview sang kakak ipar Mikkelsen di ujung episode.  

Yup, those are Lars Mikkelsen’s blue eyes. I think he will be Sherlock’s next major nemesis, after Jim Moriarty, Charles Augustus Magnussen.

January is the month of the big brother, and February will be the little brother with his Hannibal.
So, 2014 started with some Scandinavian flavour, yes? 



Okay, enough rambling.
Stop reading this, and go download it if you haven’t.
Go see it if you have, but keeping it instead of watching it.
And start your 2014 with excitement!

Bonus: Trailer for Sherlock S03E02, The Sign of Three.


Notes: 
- New Year in Jakarta came from http://cdn.doublemesh.com
- New Year Papa Thranduil made by @realtessachen
- Sherlock promo came from http://www.bbc.co.uk
- Many Happy Returns photo came from http://nerdragefilms.com
- #SherlockLives came from http://metro.co.uk
- Halal Sherlock came from @imandita
- The Holmes Bros came from http://rebloggy.com
- The Freemans came from http://www.radiotimes.com
- Jim and Sherlock came from http://whatculture.com
- Lars Mikkelsen came from http://avenged-wholockian.tumblr.com
- Hannibal S02 poster came from @bryanfuller

10 June 2013 2 comments

Turn The Heat Up, Hannibal!


ACHTUNG!
Long entry with heavy imagery! 
Find yourself a good connection before opening this entry!


Hello, my name is eLmo, and I’m a Hannibal addict.

Yes, you read that right. I’m currently addicted to a certain TV series called Hannibal.
The Hannibal.
Doctor Hannibal Lecter, MD.

Gue pertama kali ‘kenalan’ sama Pak Dokter yang satu ini sekitar lima tahun yang lalu, ketika masih kuliah. Yeah, agak telat gue tau. Dulu pun gue pertama kali pengen nonton karena tau ada Gary Oldman di salah satu serinya Hannibal Lecter. Dan dengan dodolnya, gue dulu nontonnya ngacak, dimulai dari Hannibal, lalu The Silence Of The Lambs, sampai kemudian Red Dragon. Oh, kecintaan gue sama Hannibal juga membuat gue nonton Manhunter, yang rada cupu gitu deh, mending Red Dragon kemana-mana.

Walaupun gue telat sepuluh tahun lebih, tetapi gue bisa mengerti kenapa sampai banyak orang yang memuja-muji Sir Anthony Hopkins atas perannya sebagai psikiatris sakit jiwa ini. Akting beliau memang luar biasa! Aku jatuh cinta pada karakter dokter ini … 

Dan sampai saat ini gue masih menolak untuk menonton Hannibal Rising, karena gue merasa film itu udah menjual kekerasan dan gore. Hiii …

Kalau ada dari kalian yang sampai saat ini tidak atau belum menonton serial Hannibal ini, mendingan nonton deh. Daripada mantengin bokep sinetron atau serial-serial sitkom sok lucu, tapi jadinya malah nggak jelas (yeah, i’m talking to you, New Girl!).

It’s deadly smart, and very ... VERY beautiful.
Yep, formula yang kayanya dialergiin sama orang Amerika, hence rating-nya nggak tinggi-tinggi amat, dan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk sang stasiun TV sampai akhirnya disantap Hannibal Fannibals membuat keputusan akan meneruskan atau enggak *rolls eyes sampai mentok*.

Sedikit informasi untuk kalian yang sedang berpikir untuk menonton serial ini, timeline-nya seputar Red Dragon, ketika Hannibal dan Will Graham pertama kali bertemu dan sort-of bekerja sama membuat keluarga kecil bahagia menyelesaikan kasus-kasus dari FBI.



Salah satu alasan yang membuat gue tergila-gila sama serial ini adalah script-nya. Semacam udah gila itu Bryan Fuller!

Ketika tulisan ini diturunkan, episodenya udah ada sebelas biji, dan jantung juga hati ini pun dibuat seolah ada sebelas biji oleh Om Bryan! Dibikin naik-turun kaya di rollercoaster, tapi duduknya terbalik, madep belakang! Sinting banget! Kasus-kasusnya, storyline, semua sinting, deh, pokoknya!
Penonton disuruh  jadi gila dan cenut-cenut in a beautiful and delicious way.


Kalau ada yang nonton Pushing Daisies dulu, mungkin masih ingat bagaimana Om Bryan membuat serial itu memiliki visual dan cinematography yang indah sekali.
Kalau kalian nggak nonton, jangan sedih, gue juga baru beberapa bulan yang lalu, koq, nonton serial itu. Dan jatuh cinta sama bapaknya Orlando Bloom Lee Pace yang hobi naik rusa dengan gemulai ganteng dan beralis tebal itu.


Hannibal juga seperti itu. Visualnya indah semi-surreal, dengan colour palette yang lebih gelap dari Pushing Daisies, tentu saja. Bahkan adegan-adegan gore-nya tuh nggak terlalu mengerikan. At least buat gue, yang nggak berani nonton adegan potong kaki di Saw, dan nggak bisa tidur semalaman karena dihantui suara ‘krek-krek-krek’ potong kaki itu. Film keparat!

It’s hard to talk about Hannibal Lecter without mentioning his beautiful cuisine … of human meat. 

Dan tentu saja di serial indah ini kita juga akan melihat makanan-makanan dari daging manusia itu tersaji ... dengan indahnya.

Yes, it will make your mouth watery and your stomach growls. 

Serial ini memiliki food decorator-nya sendiri
To see the sketches itself is very lovely! 
The cuisine by our beloved cannibal Doctor will make you forget that everything is people, and people are meat.



Nggak cuma makanannya yang indah, Pak Dokter di serial ini yang memasak pun terlihat indah.
A handsome, educated, suave gentlemen who cooks. Oh yeah ...



 Have I scared you yet?
What if I showed you this photo?
 

Still frightened of me?

Yep, lelaki yang biasanya memiliki mata picek di sebelah kiri ini sekarang menjadi psikiater kanibal yang menjadi sumber meletusnya banyak ovarium di timeline Twitter gue. Dan, ovarium berantakan aside, gue harus mengakui kalau Mads Mikkelsen memerankan sang psikiater dengan sangat baik.


The body gestures, the way he speaks, the deadly calmness, even the boyish and cute side of Hannibal, he can deliver it well, without making the Doctor looked goofy.



Hugh Dancy juga sangat memilukan sebagai Will Graham yang neurotik. Muka tertekannya itu, lho. Kadang gue sampe ikut-ikutan sakit kepala kalau lihat dia lagi stres.

Him and Mads gave a fantastic performance. It’s like a lethal masculine dance between two men, that will end in death for whoever stopped dancing first. 


And, damn, Mads Mikkelsen is one fine man!
Mads dan Sir Hopkins menjadi satu orang Hannibal dengan dua cara yang berbeda, dan dua-duanya sama mengerikan. Si Hopkins menjadi Hannibal yang udah jelas ketahuan sinting, tetapi Mads jadi Hannibal yang masih ‘menyamar’ menjadi manusia biasa, yang at the same time terlihat inosen dan enak sekali dipeluk.

Gue suka sekali beberapa gesture sederhana Pak Dokter, yang malah membuat dia terlihat unyu, seperti misalnya ketika Hannibal dan Will ngedatengin Abigail (siapa Abigail? Udah nonton aja) di rumah sakit, dan Pak Dokter ini terlihat sedang menata tanaman di kamar Abigail.
Ngok.



Oh, sweet gods of Scandinavia!
Look at that body! He can take me to his kitchen anytime he wants.


Dan, of course, seperti beberapa tahun lalu ketika gue (dan Suppi) kesambet sama pendeta tengil di Stigmata, Gabriel Byrne, kali ini gue kesambet sama Pak Dokter kanibal lugu, Mads Mikkelsen. Dan dengan dodolnya, gue baru ngeh kalau beliau asal Denmark ini ternyata udah bermain di beberapa film Hollywood yang sebenernya udah gue tonton, seperti Casino Royale (kalo ini sih ngeh banget, secara di film ini beliau memakai inhaler dengan seksinya), Clash Of The Titans, The Three Musketeers (beliau agak kealingan Luke Evans, Orlando Bloom, Christoph Waltz, Milla Jovovich dan Matthew MacFadyen kali ya di film ini?), dan King Arthur (walaupun dulu gue nontonnya di DVD bajakan dengan seperempat perhatian saja).

Seolah koleksi om-om paruh baya menggairahkan gue masih belum cukup, si Om Mads ini harus menjadi seorang om-om yang memiliki sense of humour yang bagus, bold and no-nonsense honest during interviews, hobi memasak makanan Asia (Thai and Chinese), looked highly sexy while smoking (dan gue tidak merokok, maupun senang ada orang merokok di dekat gue), tinggi-besar-kekar, berpantat bagus (bok, film-film doi sebelum masuk Hollywood selalu ada adegan telenjinya!), mahir berbagai bahasa, dan … he’s a dancer.


 *ngepel*
*ganti popok*


Anyway, Mads aside, Hannibal is a great show to watch. And it’s really GREAT that it got a second season!

Oh, dan sang creator, Bryan Fuller itu menggemaskan sekali! Dia hobi membalas mentions dari penggemar Hannibal! Gue dan teman gue, Yayoi (bukan nama sebenarnya) lagi hobi banget bertanya-tanya seputar upcoming possibilities of Hannibal, bahkan kadang cuma sekedar mention aja, sambil kasih campaign hashtag. Hihihi.
Selain Om Bryan, ada juga beberapa akun fanmade yang kerjaannya kasih fan service. Balas-balasin mention Fannibals dengan karakter yang lagi mereka mainin, asli lucuk banget XD


 

Untuk rekan-rekan penggemar The X-Files, mari kita bernostalgia dengan menyaksikan Tante Gillian Anderson yang suwangat cuwantek keterlaluan! Beliau jadi apa di sini?
Jadi psikiaternya Hannibal.

Ini koq ya psikiater sama pasien hot dan sexual tension-nya kenceng gini sih? Mencemaskan.

So, are you ready to welcome the Hannibal fandom in your life?
If you are, you must be warned that nothing there is vegetarian.

 


Notes.
- Hannibal series poster came from http://www.scifinow.co.uk
- Hannibal Hopkins came from http://moviesmedia.ign.com
- Jack Crawford and Hannibal came from http://www.csmonitor.com
- Will and Hannibal in Abigail's room came from monstersandcritics.com
- Kitchen production came from http://ftp.joblo.com
- Pushing Daisies came from http://robot6.comicbookresources.com
- Hannibal and dining table came from Facebook :|
- Hannibal cooking came from Tumblr.
- Hugh Dancy as Will Graham came from http://www.filmoa.com
- Hugh Dancy and Mads Mikkelsen came from http://www.cinemablend.com
- Mads Mikkelsen photos came from various Mads-related Tumblr
- Gillian Anderson came from http://www.lapalomitamecanica.com


07 June 2013 4 comments

[Review.Movie] Star Trek Into Darkness.2013



Ketika tulisan ini diturunkan, penulis tidak bertanggung jawab akan Anda sekalian yang belum menonton film ini.  
Entry may contain spoilers.

Star Trek Into Darkness termasuk salah satu summer movies yang gue tunggu-tunggu sejak melihat trailer pertamanya yang memakai score ala Inception itu [jadi bukan karena emang Trekkie gitu deh]. Walaupun jaman SMP dulu pernah nonton series-nya beberapa episode, gue enggak merasakan ketertarikan sama Star Trek, entah kenapa. Tapi begitu filmnya yang pertama rilis, gue suka sekali :D
 

Dan di film yang kedua ini ... ada BeneDICK Cumbersama  Benedict Cumberbitch Mentimun Jalang Cumberbatch-nya.

*eLmo ditimpuk tengkorak karena mengganti nama sekarepe dewe*

Duh Gusti. Kayanya beliau waktu jadi Sherlock di serial BBC itu badannya begeng nggak jelas, kenapa sekarang jadi montok begini? Otot dimana-mana dan kulitnya porselen ketumpahan susu gitu. Trus dijejerin sama Chris Pine yang jerawatan dan agak-agak kurang terawat gitu.

*setelah ditimpuk tengkorak kemudian ditubrukin ke Enterprise oleh penggemar Chris Pine*
Beberapa dari kalian mungkin ada yang melihat preview 9 menit film ini waktu nonton The Hobbit 3D di IMAX, dan mungkin cukup terkejut ketika menonton Star Trek dan mengetahui adegan itu berada di pembukaan film, yep, termasuk yang Benedict bersuara dengan aduhainya, “I can help you.”

Kamu bisa membantuku nikmat dan puas, Mas?
Ternyata bisa!

Sepanjang film, kaum hawa disuguhi Benedict Cumberbatch dengan segala keseksian, kegantengan, dan suara mautnya.
DAMN YOU, J.J. ABRAMS FOR CUTTING OFF THE SHOWER SCENE!!!

Ahem.
Anyway, film ini sangat keren, walaupun for some reasons gue masih lebih suka sama yang pertama. Entahlah, mungkin yang pertama-pertama itu memang selalu lebih berkesan daripada yang berikut-berikutnya ya? 

 [Fast and Furious Series: Haloooohhh??]. 

Yang jelas gue rasakan sih di film kedua ini flare-nya makin menggila, kayanya kalau ngga ada flare tuh, orang-orang nggak bakal tau siapa yang bikin film ini, walaupun namanya sang sutradara udah kecetak gede banget di posternya.



Sebagai seorang non-Trekkie, jujur aja gue agak-agak tertawa pas Benedict menyebutkan line legendaris yang seperti judul film India itu. Mana gue tau kalau Khan itu adalah musuh bebuyutannya Enterprise, dan mana gue tau kalau aselinya si Khan Noonien Singh itu beneran orang berwujud ke-India-indiaan?

Well, Indian aside, Mas Sherlock ini memberikan penampilan yang sangat memukau. Yang bisa menandingi dia di Star Trek Into Darkness ini mungkin hanya Simon Pegg dan Zachary Quinto. Chris Pine menurut gue malah lebih keren di film pertama sebagai Captain Kirk. Di film ini, gue merasa dia agak-agak lempeng mukanya. Apalagi pas di adegan Kirk marah-marah ke Khan. Ya elah, Mas, muka lo sinetron banget!


Satu lagi yang bikin gue kaget adalah kemunculan bangsa Klingon. Kalau di series-nya gue ingat mereka kaum berambut hitam tebal dengan dahi seperti cappuccino art masa kini, dan pastinya akan membuat Tom Hanks dan Nicholas Cage minder. 

Sekali lagi saya tekankan, kalau deskripsi Robert Langdon di novel Da Vinci Code dan Angels & Demons itu tidak berjidat luas macam Tom Hanks. Mungkin lebih seperti Ralph Fiennes atau Pierce Brosnan.

[Tom Hengs: WOY! MASIH?!]

Tapi sekeren apapun bangsa Klingon, tetep Khan yang membantai mereka semua.
Haung.


Keperkasaan Benedict Cumberbatch di film ini tidak berhenti di membantai satu pleton tentara Klingon, tetapi juga ketika cock fight bertempur dengan Spock. Huwow! Asli keren banget itu adegan kelahinya, agak-agak sulit bernafas ketika melihatnya.


Anywho, kalau ada yang belum nonton, dan kena sial baca spoilers dari gue ini, maka disarankan sebaiknya segera menonton. Bisa dengan mencari bioskop yang masih memutar film ini entah di Indonesia bagian mana, atau dari DVD bajakan yang visualnya masih insyaallah. Lupakan Iron Man 3 dan ke-Disney-annya, pakai uang kalian untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti menonton Star Trek Into Darkness.



Notes.
- Star Trek Into Darkness poster came from Yahoo! UK Movies.
- Ben Cum came from fanpop.com, vulture.com, digitalspy.co.uk,
- Star Trek Into Darkness preview came from guardian.co.uk
- Benedict Cumberbatch showering came from comicsbeat.com
- Khan came from comicbookmovie.com
- Klingons came from filmschoolrejects.com 
- Quinto and Cumberbatch came from scoop.it
- Star Trek Into Darkness cast and JJ. Abrams came from escapepod.org


13 March 2013 1 comments

[Review.Movie] Jack the Giant Slayer.2013

Fee-fi-fo-fum.
Ternyata sebelum menjadi seorang mutan berwarna biru, Dr. Hank McCoy adalah seorang bocah penguntit perdana menteri Inggris petani miskin bernama Jack (Nicholas Hoult) yang terobsesi akan kisah bangsa raksasa yang tinggal di puncak pohon kacang gigantisme. Bangsa oversized ini dipimpin oleh leluhur Philip Davy Jones Rufus Scrimgour Billy Mack, yang bernama General Fallon (Bill Nighy).














Suatu hari, ketika akan menjual kuda dan keretanya, Jack menonton sebuah pertunjukkan teater yang diperankan oleh Marvin the Paranoid Android Griphook Prof. Flitwick (Warwick Davis, hanya figuran, gue agak sedikit excited melihat beliau di sini sehingga gue merasa perlu untuk menyebutkan namanya), di sana ia bertemu dengan wanita cantik bernama Isabelle (Eleanor Tomlinson), yang ternyata seorang putri raja dengan pasukan pengawal yang dipimpin seorang Jedi sastrawan yang jatuh cinta pada seorang courtesan musisi glamrock kapten bernama Elmo ... nt (Ewan McGregor), yang memiliki jambul yang lebih die hard dari John McClane. 

Kuda dan kereta nggak laku bahkan hampir hilang, si princess entah kenapa nggak terjangkit kapten-pengawal-complex, dan Dr. Hank McCoy yang masih bernama Jack pulang membawa beberapa butir bibit kacang. Hujan deras, seorang putri yang kabur, dan seekor kucing oranye gendut kemudian, bibit kacang itu menjadi pohon raksasa, yadda yadda yadda and everybody lives happily ever after.  

Fee. Fye. Foe. Fumm.
Siapa yang mengira Bryan Singer bisa membuat film fantasi menggemaskan seperti ini? Selama ini film2 beliau yang gue tahu selalu bernada serius, sebut saja Mawar The Usual Suspects, Apt Pupil, Valkyrie, dan rangkaian film superhero, X-Men dan Superman Returns, yang sangat membosankan tetapi berhasil mengangkat paket nama Brandon Routh hampir melebihi pesawat dan burung di langit.

Dan menurut gue, Bryan did a good job. Menonton film ini terasa seperti menaiki wahana di Dufan, entah yang mana. Terasa menyenangkan dan menegangkan, namun pada saat yang bersamaan terasa lambat berjalan, walaupun bukan sesuatu yang buruk.


Layaknya film fantasi bertema kekeluargaan, jalan cerita dan ending dari Jack the Giant Slayer sebetulnya mudah ditebak, namun ada beberapa detail yang sedikit mengejutkan dan akan menghibur mereka yang menontonnya.

Erm, yeah, not that scene. 
Even though ... you know.
But, not that scene. That's not even from this movie. 
Nor any movie, that's a photo shoot.



Anyway, menurut gue adegan2 tak terduga di film ini menjadi salah satu daya tariknya, mengingat sutradaranya adalah orang yang mengejutkan dunia dengan Keyser Soze-nya. Dan layaknya Kevin Spacey sebagai Soze di The Usual Suspects (oh, shut it, film itu sudah berusia 18 tahun, dan saat review ini dibuat, lebih dari setengah penduduk bumi udah tau siapa Keyser Soze! Kalo belum tau, salahnya belum nonton!), Hugh Jackman di X-Men, dan Brandon Routh di Superman Returns, film ini juga memiliki seorang bintang yang namanya terangkat.

Ewan Gordon McGregor.



Iyak, salah foto lagi.
Mari diulang.

Ewan Gordon McGregor.



Emh.
*ngepel*

Yeah, dia sudah meraih fifteen-minutes-of-fame-nya di Trainspotting, tapi menurut gue Jack the Giant Slayer ini kembali membuat Ewan terlihat superior dibanding pemeran-pemeran lain, dan itu bukan karena jambulnya yang selalu sempurna. Bahkan menurut gue, performance Ewan melebihi sang bintang utama, Nicholas Hoult. Bukan berarti abang ganteng menggemaskan ini tidak menunjukkan akting yang baik, tetapi lebih terlihat karena ia ‘lelah’ setelah menjadi zombie kasmaran yang lambat di Warm Bodies. Honestly, kalau nggak ada Ewan McGregor dan Nicholas Hoult, juga seekor kucing oranye gendut, film ini akan terasa biasa saja.

Eleanor Tomlindon memerankan Princess Isabelle dengan baik, seorang putri yang nekat memilih jalan hidupnya sendiri (so very Disney ya?). She's even a very tough royal girl, this can be seen from the way she had her own (golden) armour and she rode her own horse. Bahkan ketika kotanya diserang, sang putri ayu nan geulis ini tidak ragu untuk turun tangan membantu Elmo ... nt dan pasukan kerajaan yang lain. Pun ayahnya, King Brahmwell (Ian McShane), beliau sedikit mengingatkan gue akan Theoden King di The Two Towers, waktu Helm's Deep diserang. Beliau turun tangan membela kerajaannya, dengan cara jadi mandor tentara, tapi begitu tenaganya dibutuhkan raja ini juga tidak segan mengerjakan pekerjaan kasar.


Raja teladan, mungkin dia banyak menonton televisi internasional dan menjadikan Jokowi sebagai panutannya. Saya kagum.

Film Ewan paling Holiwud komersil menurut gue adalah Angels & Demons. Yeah yeah, gue yakin ada banyak film lain yang lebih komersil, tetapi yang saat ini ada di top of my head adalah film yang masih ngotot mempertontonkan jidat Tom Hanks, so get over it. Mungkin seharusnya Jack the Giant Slayer juga direncanakan menjadi film fantasi komersil ala-ala Alice in Wonderland-nya Tim Burton (damn you, Disney!). tetapi, kehadiran Ewan berhasil membuat film ini terasa memiliki kualitas yang berbeda. And I think we need more actors like him in Hollywood.


Kekurangan film ini adalah skenario yang datar dan karakter Ewen Bremner yang bener2 minta di-bitch slap sampai Sweden.
Cukup ngagetin sebuah karya Bryan Singer memiliki karakter nggak berguna seperti orang ini.

Dan Stanley Tucci juga terasa tidak maksimal. Seperti Christoph Waltz waktu ditarok di The Three Musketeers. Bahkan Christoph di sana masih lebih berasa kualitas aktingnya daripada Stanley di sini.

Tentu saja, kita tidak boleh melupakan Bill Nighy. Walaupun Pakde satu ini tidak terlihat wujudnya, tetapi pesonanya tetap terasa melalui General Fallon yang berkepala dua. Hiii ...
Have to admit, though, aura villain-nya agak2 bernuansa Davy Jones, sans kisah cinta tragisnya.



Menurut gue film ini sangat menyenangkan ditonton, dan kalau kalian mau nekat menontonnya setelah Warm Bodies, it would be great. Nicholas Hoult aside, of course. Jadi, setelah berhangat-hangat bersama R dan Julie, you can laugh with Jack and Elmo ... nt. And his jambul. No, really, jambul itu sudah menempuh banyak situasi berbeda kenapa dia tetap tegak berdiri seperti bagian tubuh Ewan McGregor di film2 indie yang pernah dibintanginya di tahun 90an?


Notes.
- Jack the Giant Slayer poster came from http://teaser-trailer.com and http://collider.com
- General Fallon came from http://www.hollywoodreporter.com
- Jack watching a show came from http://collider.com
- Isabelle, Crawe, and Elmo ... nt came from http://www.flicksandbits.com

- Bryan Singer and Royal Guards came from http://cineplex.com 
- Ewan and Jonathan came from http://bohemea.tumblr.com 
- Elmo ... nt on a blanket came from http://ww4.hdnux.com   
- Ewan McGregor came from http://news.bestofewan.com
- Nicholas Hoult and Ewan McGregor came from http://upcoming-movies.com
- Scene from Jack the Giant Slayer came from http://filmofilia.com
- Nicholas Hoult and Bryan Singer came from http://justjared.com
- Tucci, Hoult, Nighy came from http://aceshowbiz.com
- Elmo ... nt came from http://www.tumblr.com


-

 
;